Jumat, 16 Mei 2008

Anti Anarki


By

120 clicks Send this story to a friend Printable Version

Tawuran diantara klub motor di Bandung dan Jakarta yang memakan korban ngebuka mata banyak orang, termasuk juga di Banten.

Tawuran diantara klub motor di Bandung dan Jakarta yang memakan korban ngebuka mata banyak orang, termasuk juga di Banten. Mereka ada yang was-was dan khawatir kekerasan ini juga ngelanda anak motor Banten.
***
Belakangan ini klub-klub motor nongol di Banten. Di Serang, setiap weekend puluihan club motor bergerombol dengan warna dan bentuk motor yang berbeda-beda seperti bersaing di jalanan. Biasanya, mereka mengambil posisi buat kongkow di tempat-tempat yang rame, yaitu di pinggir jalan protokol atawa di pusat kota, misalnya di Jl Ahmad Yani atau Jl Jendral Soedirman Serang.
Tongkrongan mereka kadang jadi perhatian masyarakat. Sebagian masyarakat ada yang khawatir keberadaan mereka bisa menimbulkan kerusuhan, seperti yang diungkapin Nurhayati (37) warga Cijawa, Serang. Apalagi ia memiliki anak remaja yang bergabung di salah satu klub motor. “Saya terkadang risih. Takut aja kalau kejadian di Bandung itu terjadi di sini,” kata Nurhayati.
Apipi (21) warga Balong, Rangkasbitung merasakan hal serupa. Pasalnya, di Rangkasbitung, balapan liar masih kerap terjadi. Ini dilakukan oleh para penggila balap ilegal pada jam molor alias tengah malam. Katanya, dari balapan liar bisa ngerembet ke tawuran. Soalnya, nggak jarang balapan ini juga dibumbui dengan uang taruhan (nah lho!). “Kalau dulu sih sering dilakukan di kawasan Alun-alun. Karena dijaga ketat pihak keamanan, sekarang balapan pindah ke kawasan bypass,” ujar Apipi.
Selain di Rangkasbitung, potret anak motor yang suka ugal-ugalan bisa ditemui di Pandeglang. Jack (bukan nama sebenarnya-red), salah satu warga Pandeglang mengaku sering mengikuti balapan liar. Aksi kebut-kebutan ini biasanya ia lakuin saban malam Minggu di kawasan Alun-alun sampai pasar Pandeglang. “Hanya untuk mencari kepuasan serta menangin taruhannya aja,” akunya.
Selama ini, Jack belum pernah melakukan penyerangan atau pun tawuran yang bisa menganiaya orang lain. “Kami juga nggak pernah ngelakuin pola pengkaderan khusus untuk merekrut anggota baru, apalagi dengan cara kekerasan,” terangnya.
Kekhawatiran nggak hanya dirasain warga seperti Apipi dan Nurhayati. Para bikers yang tergabung di salah satu klub motor di Cilegon juga merasa risih dengan fenomena yang ia saksikan di televisi dan koran-koran tersebut.
Dava (25), warga Cilegon yang mengaku tergabung dalam sebuah kelompok motor di Cilegon ngungkapin nggak sepakat dengan geng motor yang brutal dan seringkali membuat tawuran.
Menurutnya, apabila hal itu terjadi di Banten ini terutama Cilegon, ia bakal memerangi bahkan memberantas hal-hal negatif seperti itu. “Gue pasti nggak akan tinggal diem,” ujarnya.
Dava nerangin, dirinya pernah ngeliat satu geng motor asal Bandung yang sering tawuran melintas di Cilegon. Ia sempat beberapa kali ngeliat geng ini beraksi membawa senjata tajam, tapi memang tindakannya tidak brutal. “Mereka beraksi paling hanya ugal-ugalan di jalanan, dan mengganggu club-club motor asal luar daerah yang sedang touring ke Cilegon,” terangnya.
Menurut Aswin (18), Warga Serang yang juga anggota club motor, keikutsertaan dirinya dalam geng motor karena ajakan teman sekolahnya. Awalnya ia masuk club motor karena tertarik melihat teman yang terlihat gagah usai masuk club. “Proses perekrutan tidak memakai kekerasan. Kalo saya bilang hampir sama saja seperti club motor lainnya. Cuma kita dituntut memiliki motor terus berkomitmen untuk menjaga kebersamaan,” paparnya.
Sejauh ini komunitas anak motornya di Banten emang tidak pernah melakukan aksi anarkis dan meresahkan warga. “Setiap malam minggu nongkrong di salah satu daerah kawasan Serang. Kadang-kadang juga sih kita melakukan aksi ugal-ugalan di jalan tapi itu dilakukan tengah malam. Dan sampai saat ini kita belum pernah berurusan dengan pihak berwajib,” ujarnya.
Merusak Nama Baik
Bagi anak-anak motor, kekerasan yang ditunjukin salah satu geng motor di Bandung nggak hanya bikin masyarakat cemas, tapi juga mencoreng nama tempat nongkrong anak motor. Agus dari klub G2MC merasa informasi itu ngebuatnya nggak enak kepada masyarakat. “Sempet juga sih kita dicap sama dengan geng motor yang ada di Bandung itu. Tapi kita tepis dengan ngejelasin kita bukan geng tapi klub,” ungkap Humas G2MC ini.
Agus nambahin untuk di Banten sekarang ini, geng- geng seperti itu sudah tidak ada lagi. Lain halnya dengan beberapa tahun yang lalu. “Paling Banter mereka ngelakuin aksi balap liar aja di jalanan, nggak sampe ngelakuin aksi anarkis,” ujarnya.
Silaturrahmi Klub
Beberapa waktu lalu, bahkan club-club motor yang ada di Cilegon sudah buat kesepakatan dengan kepolisian daerah (Kapolda) Banten buat memberantas jika ada komunitas atau geng motor yang nantinya bisa meresahkan masyarakat.
Eja dari Community Banten Tiger (COMBAT), ngungkapin pemicu tawuran antar klub biasanya adalah gengsi. “Setiap klub motor gue yakin punya gengsi. Ingin nonjolin dirinya, Ini Gue neh,” kata Eja yang ngejabat sebagai wakil ketua di Combat ini
Sepakat dengan Eja, Marli, warga Ciracas yang pernah aktif di komunitas motor ngutarain kemungkinan untuk rusuh itu sangat gampang. Karena komunitas yang satu dengan komunitas yang lainnya saling ingin pamer dan menjaga gengsi. “Ini salah satu penyebab mengapa di antara mereka sering konflik,” kata Marli yang sekarang tidak lagi aktif di komunitas motor.
Penyebab lainnya, menurut Marli karena kekurangdewasaan diantara para komunitas motor sendiri dalam artian mereka sering pamer dan menonjolkan sendiri sebagai komunitas yang terbaik. “Dan yang terpenting lagi adalah kurangnya komunikasi atau silaturahmi antara klub motor,” tambah Marli.
Sementara Asep Yanto Ketua Banten Scorpio Club nyarananin buat ngehindarin tawuran klub motor adalah dengan mengadakan silaturrahmi atau temu akrab diantara klub motor yang ada. “Kalau memang klub itu mencari teman berarti dia harus mau silaturrahmi jika ada persoalan,” kata Asep.


Tidak ada komentar: